KONEKSI ANTAR MATERI KESIMPULAN DAN REFLEKSI PEMIKIRAN FILOSOFI KI HAJAR DEWANTARA (TUGAS MODUL 1.1.a.8)
Prinsip dasar pemikiran Ki Hajar Dewantara menjadi dasar pelaksanaan Pendidikan di Indonesia dimana Pendidikan menjadikan peserta didik menjadi pribadi yang merdeka, leluasa dalam mengembangkan kompetensi yang ada pada dirinya. Pendidikan yang menitikberatkan pada peningkatan budi pekerti, menempatkan guru menjadi pribadi ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, dan Tut Wuri Handayani.
Ing Ngarsa Sung
Tuladha , artinya seorang guru adalah pendidik yang harus memberi teladan. Ia
pantas digugu dan ditiru dalam kutipan dan perbuatannya.
Ing Madya Mangun
Karsa , artinya seorang guru adalah pendidik yang selalu berada di
tengah-tengah para muridnya dan terus-menerus membangun semangat dan ide-ide
mereka untuk berkarya.
Tut Wuri Handayani , artinya
seorang guru adalah pendidik yang terus-menerus membimbing, menopang dan
menunjuk arah yang benar-benar bagi hidup dan karya anak didiknya.
Pendidikan
adalah dasar fundamental yang menjadi arah kemana pribadi sisiwa kedepan akan
terbentuk. Dan guru memegang peran penting dalam hal ini. Guru adalah sosok
inspirator bagi siswa dan siswinya di mata murid guru adalah pribadi yang
sempurna karena apa yang dilakukan guru akan dicontoh oleh muridnya. Menjadi
inspirator, fasilitator dan motivator untuk murid-muridnya.
Ki Hadjar Dewantara (KHD)
membedakan kata Pendidikan dan Pengajaran dalam memahami arti dan tujuan
Pendidikan.
• Pengajaran (onderwijs) Pengajaran
bagian dari pendidikan. Pengajaran merupakan proses pendidikan dalam memberi ilmu
atau berfaedah untuk kecakapan hidup anak
secara lahir dan batin.
• Pendidikan (opvoeding) Pendidikan
memberi tuntunan terhadap segala kekuatan
kodrat yang dimiliki anak agar ia
mampu mencapai keselamatan dan kebahagiaan
yang setinggi-tingginya baik sebagai seorang
manusia maupun sebagai anggota masyarakat.
Jadi menurut
KHD (2009), “Pendidikan dan pengajaran
merupakan usaha persiapan dan persediaan untuk segala
kepentingan hidup manusia, baik dalam hidup bermasyarakat maupun hidup
berbudaya dalam arti yang seluas-luasnya”.
Pendidikan
adalah tempat persemaian benih-benih kebudayaan dalam masyarakat KHD memiiki
keyakinan bahwa untuk menciptakan manusia Indonesia yang beradab maka
Pendidikan menjadi salah satu kunci utama untuk mencapainya. Pendidikan dapat
menjadi ruang berlatih dan bertumbuhnya nilai-nilai kemanusiaan yang dapat
diteruskan atau diwariskan.
Pembelajaran
tidak lepas juga dari asas Trikon Ki Hajar Dewantara, yang terdiri dari tiga
asas yaitu yaitu kontinyu, konvergen dan konsentris. Kontinyu berarti
belajar dilakukan secara terus menerus, Konvergen berarti
materi pembelajaran dari berbagai sumber dan Konsentris berarti
pengembangan pendidikan yang dilakukan harus berdasarkan kepribadian kita
sendiri. Pendidikan menciptakan ruang bagi murid untuk
bertumbuh secara utuh agar mampu memuliakan dirinya dan orang lain (merdeka
batin) dan menjadi mandiri (merdeka lahir). Kekuatan diri (Kodrat) yang dimiliki,
menuntun murid menjadi cakap mengatur hidupnya dengan tanpa terperintah orang
lain
1. Pendidikan
Yang Menuntun
Pendidikan yang menuntun dapat dianalogikan sebagai seorng petani yang
menanam bibit jagung. Jagung akan tumbuh subur apabila disemai pada lahan yang
subur, dengan pengairan yang cukup, serta perawatan yang baik dari pak tani,
walaupun jagung tersebut berasal dari bibit yang kurang baik. Sebaliknya sebaik
apapun bibit jagung jika ditanan dilahan yang gersang, tanpa sinar matahari, tidak
ada perawatan dari pak tani, maka jagung tersebut tidak akan tumbuh dengan
baik.Petani adalah guru, dan bibit jagung adalah murid. Petani tidak
bisa merubah jagung menjadi padi. Petani hanya bisa merawat agar jagung tumbuh
dengan baik.
2.
Kodrat Alam dan Kodrat Zaman
Ki Hajar Dewantara menjelaskan bahwa dasar Pendidikan anak berhubungan
dengan kodrat alam dan kodrat zaman. Kodrat alam berkaitan dengan “sifat” dan
“bentuk” lingkungan di mana anak berada, sedangkan kodrat zaman berkaitan
dengan “isi” dan “irama”. Pendidikan anak sejatinya menuntut anak mencapai
kekuatan kodratnya sesuai dengan alam dan zaman. Pendidikan sat ini menuntut
anak untuk tanggap dengan perkembangan tehnologi yang begitu cepat, tetapi
dengan kodrat alam anak harus mampu menyesuaikan diri dan berpegang teguh
terhadap kultur budaya lingkungan yang mereka miliki.
3. Budi
Pekerti
Budi
pekerti, atau watak atau karakter
merupakan perpaduan antara gerak pikiran,
perasaan dan kehendak atau kemauan sehingga
menimbulkan tenaga. Budi pekerti juga dapat
diartikan sebagai perpaduan antara Cipta
(kognitif), Karsa (afektif) sehingga menciptakan Karya
(psikomotor). Lebih lanjut KHD menjelaskan, keluarga
menjadi tempat yang utama dan paling baik
untuk melatih pendidikan sosial dan
karakter baik bagi seorang anak. Keluarga
merupakan tempat bersemainya pendidikan yang sempurna bagi anak untuk
melatih kecerdasan budi-pekerti. Keluarga juga merupakan
sebuah ekosistem kecil untuk mempersiapkan
hidup anak dalambermasyarakat dibanding dengan institusi
pendidikan lainnya
Penerapan filosofi Pemikiran
KHD di sekolah
Merdeka
Belajar adalah cara belajar yang memberi kebebasan terhadap siswa untuk
mengembangkan potensinya melalui tuntunan guru dalam kegiatan
pembelajaran di sekolah dan metode pengajaran sehingga mampu
menuntun anak untuk mencapai kebahagian dalam belajar berdasarkan kodratnya
sebagai anak.
Beberapa penerapan filosofi
pemikiran Ki Hajar Dewantara diantaranya adalah :
1. Kesepakatan Kelas
Peraturan kelas harus
bersifat luas dan luwes. Peraturan harus dibuat dengan kesepakatan. Anak diberi
keleluasaan dengan membuat peraturan kelas yang disepakati bersama. Apa yang
mereka sampaikan adalah cerminan pemikiran yang pada akhirnya nanti bisa mereka
lakukan tanpa ada paksaan.
2. Bermain
peran
Sifat anak-anak adalah bermain. Permainan yang ada dilingkungan mereka
salah satunya adalah bermain simpai (Holahop). Ada nilai-nilai karakter di
dalamnya, diantaranya adalah tanggungjawab, disiplin, percaya diri. Pada
pelajaran PJOK permainan ini bisa kita berikan. Guru memberikan kebebasan
kepada siswa untuk bermain sesuai dengan model yang berlaku d ilingkungganya.
Kesimpulan dan Refleksi
1. Murid
dan pembelajaran di kelas sebelum mempelajari modul 1.1
Sebelum saya mempelajari modul
1.1, bahwa sebenarnya saya beranggapan bahwa sedikit banyak saya sudah
menerapkan pembelajaran kelas sesuai dengan pemikiran-pemikiran Ki Hajar
Dewantara. Seperti yang kita ketahui bahwa kurikulum nasional kita saat ini pada
Sekolah Dasar Sebagian masih menerapkan kurikulum 2013 dansebagian lagi sudah
Kurikulum merdeka. Di dalam kurikum 2013 terdapat 3 kompetensi yaitu
kompetensi sikap, kompetensi pengetahuan dan kompetensi keterampilan. Ketiga
kompetensi ini sudah jelas dipaparkan dalam kurikum 2013. Akan tetapi pada
realitanya ketika saya mengajar di dalam kelas, saya lebih mendominasi peserta
didik saya untuk pintar secara akademik tanpa memahami kodrat yang
dimiliki oleh setiap anak. Selain itu sering kali saya mengajar dengan metode
yang relative monoton, tanpa memikirkan perasaan peserta didik saya sendiri.
Dalam benak saya hanya mengejar waktu agar materi bisa tersampaikan sesuai dengan
target waktu. Selain itu saya menganggap bahwa keberhasilan akademik dari
peserta didik ditentukan saat dia selesai mengerjakn soal-soal tes.
2. Perubahan perilaku setelah mempelajari modul 1.1
Dan
sesudah saya mempelajarimodul 1.1. saya sadar bahwa anggapan dan cara saya
mendidik anak tidak sesuai dengan pemikiran konsep dan filosofi dari Ki Hajar
Dewantara. Hal itu telah mendorong saya untuk merubah pemikiran dan
perilaku saya (my mindset), yaitu:
a. Pembelajaran
bukan tentang bagaimana pendidik mengajar tetapi
bagaimana peserta didik itu dapat belajar.
b. Pendidikan adalah tuntutan bagi seluruh kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.
c. Pembiasaan
dalam penanaman budi pekerti. Menurut KHD, budi pekerti adalah perpaduan
harmonis antara pikiran, perasaan, dan kehendak atau kemauan sehingga
menimbulkan semangat. Budi pekerti merupakan kunci untuk mencapai keselarasan
dan keharmonisan hidup.
Saya
harus meninggalkan kebiasaan dengan kegiatan-kegiatan yang bersifat memaksakan
kehendak. Dan saya bisa menuntun murid untuk mencapai kodrat diri, tanpa
paksaan maupun tekanan dalam belajar dengan melakukan pendekatan yang lebih
humanis dan holistik, untuk membangun kesadaran dan karakter mereka. Sehingga
mereka mampu menjadi manusia yang berbudi pekerti luhur dan bermanfaat di
masyarakat.
3. Penerapan
tindakan dalam kelas yang mencerminkan pemikiran KHD
Saya
akan mulai menerapkan pembelajaran yang berpusat pada murid, dengan melakukan
refleksi pada setiap selesai kegiatan pembelajaran di dalam kelas. Selain
itu akan segera saya terapkan dengan lebih baik agar kelas saya
mencerminkan pemikiran Ki Hadjar Dewantara yaitu ;
1. Lebih memahami karakter, sifat dan kejiwaan yang memang sudah ada pada anak sejak lahir. Ketika pendidik sudah memahami karakter yang ada pada peserta didiknya, maka pendidik dapat memberikan pelayanan prima dan dapat mengembangkan kemampuan peserta didiknya.
2. Menerapkan pendidikan yang humanis yaitu memanusiakan manusia yang berbudaya dan berkembang secara kognitif (daya cipta), afektif (daya rasa) dan konatif (daya karsa).
3. Menerapkan semboyan KHD yaitu Asih, Asah dan Asuh.
4. Membangun pendidikan karakter pada tiga unsur pusat yakni sekolah, masyarakat, dan lingkungan. Dengan cara pendidik harus mampu melakukan pembiasan-pembiasaan, berkolaborasi dan lebih aktif berkomuniasi dengan orang-orang yang ada di sekolah, masyarakat dan lingkungan, agar terwujud Pelajar Pancasila.
Pendidik berperan sebagai sosok dewasa yang menuntun dan mengarahkan agar peserta didik dapat menemukan jati diri peserta didiknya sesuai dengan isi dan peran yang berbeda. Pendidik yang baik bagi saya adalah pendidik yang bisa momong, among, dan ngemong yang artinya pendidik dapat mendidik peserta didiknya dengan cara mengasuh dan memberikan nilai-nilai yang positif dalam kehidupan mereka. Mengasuh disini bukan dengan cara paksaan, melainkan dengan memperhatikan, menuntun, atau mengarahkan agar peserta didik bebas mengembangkan diri, supaya mereka dapat merdeka batin dan pikirannya.
Demikian tulisan saya
mengenai koneksi antar materi kesimpulan dan refleksi pemikiran Ki Hajar Dewantara. Semoga
bermanfaat, salam guru hebat, salam guru penggerak!.
Yanti Yuni Astuti,
S.Pd.
CGP Angkatan 6
SDN Jambeyan, Sedan, Rembang
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusSelamat berproses Bu guru,,tetap semangat dan terus belajar.
BalasHapusLanjutkan menulis dan menginspirasi,
Anda pantas menjadi leader 👍👍👍
Terimaksihh
HapusPemikiran KHD memang sangat sesuai di terapkan untuk pembelajaran masa mini
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusSemoga dengan adanya tulisan ini dapat mengispirasi pendidik/guru di luar sana bahwa pembelajaran bukan dari guru untuk murid, tetapi dari murid lalu dikelolah guru dan kembali ke murid.
BalasHapusPenjelasannya sangat mendetail dan mudah dipahami. Semangat dan sukses selalu Bu Yanti...
BalasHapusBagus, kerennn
BalasHapusBagus, tulisannya menjadikan inspirasi terbaik
BalasHapus